Jumat, 03 Mei 2013

11 Pemain Asing Terbaik Persib

Era Liga Indonesia sejak musim pertamanya di tahun 1994/1995 membuka lebar – lebar keran bagi pemain asing untuk bermain di Indonesia. Tujuannya untuk mentransformasi ilmu dan kemampuan para pemain asing (yang dirasa) lebih baik dari pemain lokal. Efek dari program ini adalah agar terjadi percepatan terhadap upgrade skill para pemain Indonesia nantinya. Hampir semua tim melakukan opsi mengontrak para pemain asing. Beberapa sukses, walaupun banyak juga yang harus gigit jari karena kemampuan pemain asing ternyata tidak lebih baik dari pemain lokal.

Generasi pemain asing pertama yang singgah di era Liga Indonesia adalah generasinya Jacksen F Tiago, Carlos de Mello, Darryl Sinerine, Luciano Leandro, Dejan Gluscevic, Olinga Atangana, Antonic Dejan, Maboang Kessack Dan Lain-lain. Kedatangan mereka menjadi tonggak awal era industri baru sepakbola di Liga Indonesia.

Persib di awal-awal era Liga Indonesia merupakan anomali dari tim-tim peserta kompetisi itu. Persib sama sekali enggan menggunakan pemain asing. Saat itu, baik pemain, pengurus, maupun pelatih seperti sepakat dan kompak menyerukan bahwa dengan para pemain lokal pun Persib bisa berprestasi. Bahkan sempat pada suatu waktu di media nasional Nandang Kurnaedi berbicara dengan lantang: “untuk apa kami membeli Luciano Leandro jika kami punya seorang Yusuf Bachtiar?” suatu kelakar yang memang sesuai dengan kenyataan di saat itu. Persib menjadi kampiun Liga Indonesia I tanpa bantuan pemain asing.


Era sepakbola industri seperti memaksa Persib untuk semakin menyesuaikan diri dengan pemain asing. Persib tidak sekeras dulu. Persib melunak dan berkompromi dengan zaman. Sejarah baru dimulai, pada Liga Indonesia IX di tahun 2003 untuk pertama kalinya skuad Persib kedatangan pemain asing. Trio Polandia Mariusz Mucharsky, Pavel Bocjian, danMaciej Dolega mengawali lahirnya era dimana Persib menggunakan tenaga asing untuk memperkuat skuad. Ketiga pemain itu dilatih oleh pelatih yang juga berasal dari Polandia Marek Andrejz Sledzianowski. Alasan pengurus saat itu sederhana, Persib ingin mengulang romantisme kesuksesan saat pernah dilatih oleh maestro asal Polandia Marek Janota. Orang yang membuat pondasi pada generasi emas Persib di era 1986 – 1995.

Pemain asing sejak tahun 2003 akhirnya datang dan pergi di skuad Persib. Ada yang menorehkan sejarah manis, ada yang hanya datang tanpa memberikan pengaruh apa-apa di tim. Sejak tahun 2003 hingga tahun 2013 ini, tercatat 51 pemain asing pernah memperkuat Persib. Rinciannya 18 orang berasal dari Amerika Latin, 12 dari Afrika, 7 Eropa dan 14 pemain dari Asia.

Kami mencoba menyusun sebelas nama pemain asing terbaik yang pernah membela Persib. Berikut sebelas pemain asing terbaik Persib versi mengbal:
  1. Sintawecchai ‘Kosin’ Hattairatanakool
    Didatangkan dari Osotappa FC Thailand pada tahun 2006. Statusnya saat itu adalah penjaga gawang timnas U-23 Thailand. Kemampuan membaca bola Kosin diatas rata-rata kiper seusianya. Mampu memberikan rasa aman kepada pemain bertahan ketika bermain. Sempat pulang ke Thailand selama dua musim, kerinduan bobotoh akhirnya terobati. Kosin kembali ke Bandung pada musim 2009/2010 dengan status pinjaman. Lagi-lagi bermain sangat baik, sayangnya dia harus kembali pulang ke Thailand karena status pinjamannya telah habis. Jika ditanya siapa penjaga gawang asing terbaik yang pernah membela Persib, Sintawecchai Hattairatanakool adalah jawabannya.

  2. Patricio Jimenez
    Pato Jimenez, seorang bek stylish asal Chile. Bek yang lebih mengandalkan visi dalam bermain ketimbang otot. Seorang bek dengan kemampuan membaca permainan yang mumpuni. Sangat tenang ketika mengomandoi lini belakang. Saking tenangnya dia pernah dimaki habis-habisan oleh Tema Mursadat pada satu pertandingan. Saat itu Jimenez memberikan bola back pass kepada Tema padahal jarak dengan penyerang lawan amat sangat dekat. Pertukaran posisi dengan Suwitha Patha di area DM dan CB ketika pertandingan adalah salah satu permutasi terbaik yang pernah dimainkan Persib. Jangan lupakan juga penalti menutup mata Jimenez ketika melawan Persijap.

  3. Claudio Lizama
    Badboy from Bandung. Begitulah tulisan tentang Lizama di cover sebuah album kompilasi Viking Persib club. Dengan postur yang tidak terlalu tinggi, Lizama mampu menjadi komando lini belakang Persib. Bersama Alejandro Tobar dan Rodrigo Sanhueza, Lizama bergabung di putaran kedua Liga IX tahun 2003. Anting di telinga kiri, bermain dengan rock ‘n roll diantara il capitano Dadang Hidayat dan Suwandi H.S di lini belakang, orang yang selalu berada di garis depan ketika terjadi keributan, dan salah satu anggota penyelamat play off degradasi di Solo. Once badboy still badboy, senor..

  4. Julio Lopez
    Didatangkan secara kontroversial dari PSIS Semarang ketika dia sedang menjadi pahlawan di Semarang, Lopez bisa menjadi tandem yang sangat baik untuk Alejandro Tobar di skuad Persib LI X tahun 2004. Lopez bertindak sebagai pemain yang sangat diharapkan ketika bola sedang berada di kakinya. Bobotoh seakan selalu berharap ada hal gaib yang bisa dilakukan Lopez ketika dia sedang menggoreng bola. Hanya pemain bagus yang bisa membuat penonton beranjak dari duduknya ketika bola berada di kakinya. Dan Lopez di musim itu bisa melakukan hal ini. Sayang dia hanya bertahan di Bandung setengah musim dengan produksi tujuh gol selama membela Persib. Lopez lalu menghilang dengan kabar yang tidak pernah orang tahu kebenarannya sampai saat ini. Datang dengan kontroversial, pergi dengan kontroversial juga.

  5. Redouane Barkoui
    Datang ke Bandung di tahun 2006, melakukan debut di Siliwangi melawan Arema, mencetak gol, lalu berlari ke pagar pembatas tribun timur sambil bertelanjang dada. Itulah awal perkenalan Barkoui, pria asal Maroko kepada publik sepakbola Bandung. Di musim pertamanya Barkoui hanya mencetak lima gol. Di musim keduanya Barkoui bangkit dengan mencetak 10 gol di Liga. Bersama Zaenal Arif dan Bekamenga, Persib di musim ini adalah salah satu skuad dengan komposisi penyerang yang paling produktif. Bertahan selama dua musim di Bandung, si goyang jaipong inipun akhirnya meninggalkan Bandung.

  6. Alejandro Tobar
    Classic number 10, trequartista, pembagi bola terbaik di kota ini tahun 2003-2004. Bermain di Persib selama satu setengah musim, Tobar merupakan salah satu orang yang paling krusial ketika menyelamatkan Persib dari ancaman degradasi di tahun 2003. Setelah Adjat Sudrajat, Tobar lah representasi orang yang layak menggunakan nomor 10. 15 gol berhasil dibuat selama dia berada di Bandung. Setelah Tobar hengkang, belum ada lagi pemain yang benar-benar sukses menggunakan nomor punggung 10. Playmaker, trequartista, the number 10 enhanche. Without him, football would be nowhere as spectacular. Fantasistas, Tobar, we salute you!

  7. Hilton Moreira
    Masuk sebagai gerbongnya Jaya Hartono dari Deltras bersama Waluyo, Hariono dan Airlangga Sucipto di tahun 2008. Dia pemain asing yang paling fleksibel posisinya karena bisa bermain baik di berbagai posisi. Posisi yang dikenal dengan nama versatile. Hilton bisa bermain sebagai striker, sayap kanan, sayap kiri, dan gelandang. Total bermain 67 kali dan menciptakan 28 gol selama 3 musim bersama Persib. Rasio 0,42 per match untuk ukuran pemain yang tidak selalu bermain sebagai striker utama adalah baik. Karena Christian Gonzales sudah dihitung sebagai warga negara Indonesia, maka secara statistik Hilton ada di perigkat utama top skor pemain asing Persib dengan 28 gol.

  8. Lorenzo Cabanaz
    Seorang flamboyan asal Paraguay. Butuh dua musim bagi Persib mencari pemain yang mampu bermain dibelakang dua penyerang dan menjadi playmaker setelah Alejandro Tobar pergi. Ullian Souza didatangkan, Ayouck Berti dicoba, tetapi semuanya tidak mampu menjawab ekspektasi tim akan pemain yang mampu menjadi pengatur serangan. Lalu datanglah Lorenzo Cabanaz, playmaker berkelas yang akhirnya mampu menjadi jendral baru di lini tengah Persib. Cabanaz adalah Alejandro Tobar versi lebih cepat dan dinamis. Permainannya flamboyan dan memanjakan. Satu-satunya kekurangan dari Cabanaz adalah fisiknya yang sering habis di 15 menit babak kedua. Bermain dua musim, Cabanaz mencetak 11 gol dan mengantarkan Persib di posisi 5 dan 3 alias selalu papan atas. Flamboyan!

  9. Miljan Radovic
    Datang di usia senja 35 tahun ke Bandung, sempat diragukan karena usianya, tetapi Miljan mampu menjawab semua keraguan itu. Master free kick terbaik yang pernah ada di Bandung. Total bermain 47 kali selama membela Persib dengan torehan 16 gol. Selalu bermain sebagai starting eleven dan tidak pernah sekalipun dicadangkan. Topskor Persib musim 2011/2012. Pemain yang sangat loyal terhadap bobotoh. Miljan memberikan yang terbaik yang dia punya selama di Persib. Bandung moal poho ka mang Miljan!

  10. Christian Bekamenga
    Datang dengan status striker inti Kamerun U-23 dari Liga Super Malaysia. Bekamenga merupakan pemain dengan status high profile. Orang-orang di Asia mengenalnya dengan nama Bekamengo. Dia digadang-gadang sebagai talenta muda potensial Kamerun. Partai pertamanya di Bandung adalah ketika Persib beruji coba dengan Selangor di stadion Siliwangi. Dia membuat Siliwangi tumpah dengan gol tunggalnya di menit-menit akhir. Skill dan kapasitasnya akhirnya memang menunjukan bahwa dia adalah penyerang dengan tekhnik kelas atas. Hal yang akan selalu diingat adalah bagaimana dia memimpin Persib di Siliwangi untuk menghancurkan Persija Jakarta 3-0 dengan mencetak dua gol. Kemenangan yang membuat Persib sempat mencicipi juara paruh musim wilayah barat. Sayangnya panggilan bermain untuk timnas membuat dia terhitung jarang bermain untuk Persib. Meskipun begitu dia mampu memproduksi 10 gol selama di Bandung. Bekamenga lalu pergi dengan alasan yang tidak jelas dan hanya bermain setengah musim di Persib. Kasusnya hampir sama dengan Julio Lopez. Bermain baik, merebut hati bobotoh, lalu pergi tanpa jejak. Dia adalah penyerang asing terbaik yang pernah hadir di Bandung.

  11. Suchao Nutnum
    Suchao Nutnum, dialah pemain asing yang paling berkesan yang pernah bergabung di klub ini. Hanya tiga bulan bermain dengan status pemain pinjaman, Suchao berhasil merebut hati bobotoh yang terdalam. Datang mencetak gol lalu pulang dengan gol indah yang tak akan terlupakan ke gawang Herman Batak langsung dari tiang tendangan penjuru. Suchao bermain 13 kali, mengoleksi tiga gol dengan total menit bermain 1025 menit. Seluruh jersey Suchao di kios – kios Sidolig habis ketika itu. Dia adalah harapan dan idola baru publik sepakbola Bandung. Suchao adalah salah satu alasan tren bobotoh wanita kembali berdatangan ke stadion. Sayang masa peminjaman Suchao harus berakhir. Suchao kembali ke Thailand. Perpisahan manis dilakukan di Stadion Si jalak Harupat. Banner- banner besar bertuliskan “thank you Suchao” terpampang di seluruh sudut stadion. Beberapa bobotoh wanita memberikan salam perpisahan dengan bunga, farewell party paling mengesankan sepanjang sejarah kedatangan pemain asing di Bandung. Suchao menitikan air mata, berterima kasih dan berkata bahwa dia sangat mencintai klub ini. Suchao pun akhirnya benar- benar pergi dan tidak pernah kembali lagi. Suchao, pemain asing terbaik yang pernah datang ke Bandung. The beautiful one night stand players we ever had.
 from : www.mengbal.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar