Jumat, 01 November 2013

Friend or Girlfriend?

Inilah saat dimana hari pertama aku mengenalnya.

Sekolah.

Kejenuhan ini sulit diatasi, setiap hari terasa lebih monoton dari sebelumnya. Mungkin bagi orang lain, ini adalah hal menyenangkan. Sekolah baru, lingkungan baru, dan tentunya teman baru. Sedangkan bagiku..ini adalah kejenuhan. Hal pertama yang aku dapatkan saat pertama kali masuk sekolah baru.

Aku menatap lembaran kertas yang tertempel di dinding pemberitahuan, membayangkan hal-hal yang akan terjadi nanti..saat pelaksanaan acara MOS pertama.

Hari ini, semua tercurah pada sebuah peristiwa sepele. Sebuah perkenalan siswa. Tidak sulit untuk menebak sebuah perasaan, sebuah perasaan yang didapat setelah tertarik pada sesuatu yang di inginkan.

Aku telah melihatnya. Bukan pertama kali, tapi setelah pelajaran sekolah baru dimulai. Hanya perempuan biasa. Itulah jawaban pertama yang muncul dalam pikiran. Bagi laki-laki lain, setelah melihatnya mungkin langsung muncul pikiran ingin mendapatkannya. Mudah terbaca.

Sudah hampir berminggu-minggu kami satu kelas. Tidak terlalu sulit untukku berkomunikasi dengan teman yang lain, bukan dengannya. Agak tidak nyaman kadang jika harus seperti ini.

Menghindar gara-gara seorang perempuan. Perempuan yang tidak begitu akrab kelihatannya. Itu semua normal. Semua manusia merasakannya jika bertemu dengan orang baru.

Selama duduk dibangku kelas 10, kami memang jarang atau bisa dibilang sangat jarang berkomunikasi. Aku sering bergaul dengan teman-teman satu baris bangku, sedangkan dia dengan kelompoknya sendiri. Maklum, dia adalah murid baru dan bukan asli penduduk kota ini.

Bel istirahat pun berbunyi. Semua siswa melakukan aktifitasnya masing-masing. Entah kenapa aku selalu tertarik untuk melihatnya. Apakah ini sebuah respon dari dalam jiwa? Aku pikir begitu.

Jika aku menebak semua pikiran laki-laki yang untuk pertama kali berkomunikasi dengannya, sudah bisa ditebak. Laki-laki itu ingin mendapatkannya. Sangat mudah ditebak. Dari cara berbicaranya, pandangan matanya, dan juga gerak-geriknya.

Mencoba meredam perasaan ini, sampai benar-benar tahu sifat aslinya. Itulah sifat orang seperti ku.

Semua orang memperhatikannya. Aku berkata pada diriku sendiri, betapa beruntungnya dia dapat diperhatikan, berbeda dengan perempuan lainnya. Aku berusaha untuk tidak terus memikirkannya, terus dan terus. Apakah aku bisa menahan perasaan ini? Sampai jam pulang sekolah mungkin. 2 jam lagi, waktu yang tidak sebentar bagiku. Tapi akan kucoba. Dengan mendengarkan musik mungkin bisa menahannya.

Kelas 10. Tidak sulit untuk melupakannya. Pertemuan yang singkat adalah faktor utamanya.

. . . . .

Beranjak ke tingkat yang lebih tinggi. Kelas 11. Masih sama seperti dulu. Tanpa perasaan yang kuat.

Aku pikir dia memang bukan yang aku inginkan. Ya, bukan. Bahkan untuk memikirkannya saja kini sudah tidak aku lakukan lagi..

Beberapa bulan dikelas 11 sudah aku lewati. Tanpa kehadirannya. Di kelas 11 dia memang jarang masuk. Maklum, anak atlet. Aku mengerti tentang itu.

Saat itu.. entah apa yang aku pikirkan. Yang jelas bukan dia. Tentang sepakbola, ya sepakbola. Agak melenceng dari tulisanku ini memang. Tapi ini memang kenyataan, pikiranku saat itu sedang berfokus pada dunia laki-laki. Sebuah permainan kolektif yang dimainkan oleh 11 orang. Memperebutkan sebuah bola.

Apakah ada kaitannya sepakbola dengan dia. Aku mulai membandingkannya. Sadis memang jika membandingkannya, ibarat bola.. dia diperebutkan hampir semua laki-laki. Pikiran negatif yang tak terlalu negatif bagiku.

Aku harap.. Harapanku ini sejalan dengan apa yang ada dipikiranku. Sebuah harapan yang sampai saat ini membuat aku tidak mengerti.

. . . .

Inilah akhir dari sebuah cerita (mungkin). Dan mungkin ini adalah tulisan terbaik yang pernah aku buat hanya untuk seorang 'Teman'. Menyedihkan..

Kelas 12. Memasuki tahap akhir dari sebuah pendidikan. Dan juga akhir dari cerita 'Indah' ini mungkin. Aku masih sangat ingat bagaimana tatapan matanya kala itu, mempunyai sebuah arti. Perasaan manusia memang tidak bisa dibohongi.

Apakah itu sebuah Kamuflase? dari sebuah wajah yang polos..cantik..?

Aku harap tidak. Aku sudah mengenal sifatnya. Dia tidak seperti yang orang lain pikirkan. Pikiranku mengenai dia berbeda, hampir tidak ada sesuatu yang negatif. Walaupun ada, itu hanya sebuah candaan dia tentangku.

. . . . 

Ingatan adalah sesuatu yang misterius. Terkadang suatu peristiwa begitu lekat dikepala justru ketika kita ingin melupakannya, tapi begitu sulit dihadirkan pada saat kita ingin mengingatnya. Benar kata orang kalau mengingat adalah pilihan, sedangkan melupakan adalah takdir.

Apakah aku akan memilih takdir? atau pilihan? semua itu masih dalam proses.. Sampai semua benar-benar tamat. Dan akhirnya.. Harapan adalah hal yang paling utama dalam sebuah proses.